NAMA :DWI ADI KRISTANTO
NIM :14.230.0069
KELAS : 1M51
PENERAPAN SISTEM INFORMASI MENEJEMEN DI PT. PERTAMINA
A. Profil PT.
Pertamina
Pertamina
merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi
minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan
bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga
dapat berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi.
Dengan
pengalaman lebih dari 55 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk berkomitmen
menjalankan kegiatan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang
tinggi mulai dari kegiatan hulu sampai hilir.Berorientasi pada kepentingan
pelanggan juga merupakan suatu hal yang menjadi komitmen Pertamina,agar dapat
berperan dalam memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia.
Upaya
perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu
komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis dalam
perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan
salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam
penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang
dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis
utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk
mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.
Mendukung
visi tersebut, Pertamina menetapkan strategi jangka panjang perusahaan, yaitu “Aggressive
in Upstream, Profitable in Downstream”, dimana Perusahaan berupaya untuk
melakukan ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas menjadi
lebih efisien dan menguntungkan.
Pertamina
menggunakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan kiprahnya untuk mewujudkan
visi dan misi perusahaan dengan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang sesuai
dengan standar global best practice, serta dengan mengusung tata nilai korporat
yang telah dimiliki dan dipahami oleh seluruh unsur perusahaan, yaitu Clean,
Competitive, Confident, Customer-focused, Commercial dan Capable. Seiring
dengan itu Pertamina juga senantiasa menjalankan program sosial dan lingkungannya
secara terprogram dan terstruktur, sebagai perwujudan dari kepedulian serta
tanggung jawab perusahaan terhadap seluruh stakeholder-nya.
Sejak
didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan
gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang
dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan
di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk
mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni
bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas
pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam
pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik
secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja
yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical
Assistance Contract(TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating
Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB).
Aktivitas
eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya dilakukan di dalam
negeri dan ditujukan untuk mendukung program pemerintah menyediakan 10.000 Mega
Watt (MW) listrik tahap kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau
juga dikenal dengan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program
diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional pemerintah.
Potensi cadangan gas metana Indonesia yang besar dikelola secara serius yang
dimana saat ini Pertamina telah memiliki 6 Production Sharing Contract
(PSC)-CBM.
Sektor hilir
Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga
produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk
pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II
(Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU VI (Balongan)
dan RU VII (Sorong).
Selanjutnya,
Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG
Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan
bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel,
minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas
(LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene,
Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
B. Sistem
Informasi yang Digunakan oleh PT. Pertamina
PT.
Pertamina menggunakan berbagai sistem informasi untuk menunjang operasi bisnis.
Salah satu sistem informasi yang digunakan adalah dalam procurement sysytem.
Procurement system adalah proses pemilihan sumber, pemesanan, dan
perolehan barang dan jasa. Barang dan jasa ini biasanya diperoleh dari sumber
luar.
Dalam
menjalankan procurement system ini, PT. Pertamina menggunakan bantuan
program MySAP dan eProc dalam memilih vendor terbaik. Tahap-tahap dalam procurement
system ini adalah sebagai berikut:
1.
Penentuan kebutuhan
2.
Penentuan sumber pemenuhan kebutuhan
3.
Pemilihan vendor
4.
Pemrosesan Purchasing Order
(PO)
5.
Pemantauan Purchasing Order
(PO)
6.
Penerimaan produk
7.
Verifikasi invoice
8.
Proses pembayaran
C. Komponen
Sistem Informasi
1. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya
manusia yang digunakan oleh PT. Pertamina untuk memakai dan menjalankan sistem
informasi terdiri dari user dan spesialis. Users (unit procurement)
adalah semua orang yang menggunakan sistem informasi tersebut. Sedangkan
spesialis (teknisi dan supervisor) adalah orang-orang yang mempunyai keahlian
dalam menggunakan sistem tersebut. Dalam setiap aktivitas sistem informasi,
sumberdaya spesialis dan users terlibat.
2.
Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat
keras yang digunakan dalam procurement system adalah sebagai berikut:
a.
PC Work Stasion
b.
Server
c.
LAN
d.
Printer
3.
Perangkat Lunak (Software)
Perangkat
lunak yang digunakan dalam procurement system adalah sebagai berikut:
a.
MySAP
b.
Web P2P
c.
eProc
4. Sumber Data
Sumber data
dalam procurement system PT. Pertamina adalah sebagai berikut:
a.
Purchase Requisition (PR)
Purchase
requisition adalah pembelian berbagai kebutuhan, baik dari PT.
Pertamina maupun pelanggan.
b.
Vendor quotation
Vendor
quotation adalah suatu tawaran dari vendor mengenai penyediaan
material dan jasa seperti yang diminta dalam RFQ, juga berisikan
persyaratan-persyaratan tertentu (termasuk harga).
c.
Request for Quotation (RFQ)
RFQ adalah
dokumen yang dibuat untuk tujuan meminta penawaran harga dari vendor untuk
spesifik material/service.
d.
Purchase Order (PO)
5.
Produk Informasi
Produk
informasi yang dihasilkan dari procurement system adalah data vendor
quotation dalam SAP, maintain RFQ di dalam sistem MySAP untuk vendor
pemenang, vendor terpilih untuk proses procurement, surat penolakan pada
vendor yang tidak sesuai, referensi vendor di masa datang, dan pencetakan purchase
order.
D. Aktivitas
Sistem Informasi
1.
Input
Mesin yang
digunakan dalam proses input adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP dan Web P2P. Sumberdaya manusia yang
terlibat dalam proses input terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan
user (unit procurement). Sumber data yang digunakan berasal dari purchase
requisition dan vendor quotation. Produk informasi yang dihasilkan
dari proses input adalah data vendor quotation berbagai vendor yang
sudah masuk ke dalam SAP.
2.
Proses
Mesin yang
digunakan dalam tahap proses adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP dan eProc. Sumberdaya manusia yang terlibat
dalam tahap proses terdiri atas spesialis (teknisi dan supervisor) dan user
(unit procurement). Sumber data yang digunakan berasal dari vendor
quotation dan request for quotation (RFQ). Produk informasi yang
dihasilkan dari tahap ini adalah maintain RFQ di dalam sistem MySAP untuk
vendor pemenang.
3.
Output
Mesin yang
digunakan dalam tahap output adalah PC Work Station, server, dan LAN, sedangkan
program yang digunakan adalah MySAP, Web P2P, dan eProc. Sumberdaya manusia
yang terlibat dalam proses output terdiri atas spesialis (teknisi dan
supervisor) dan user (unit procurement). Sumber data yang
digunakan berasal dari vendor quotation dan request for quotation
(RFQ). Produk informasi yang dihasilkan dari proses output adalah terpilihnya
vendor yang memiliki penawaran terbaik dan surat penolakan pada vendor yang
tidak sesuai.
4.
Penyimpanan
Mesin yang
digunakan dalam tahap penyimpanan adalah PC Work Station, server, dan LAN,
sedangkan program yang digunakan adalah MySAP, Web P2P, dan eProc. Sumberdaya
manusia yang terlibat dalam proses penyimpanan terdiri atas spesialis (teknisi
dan supervisor) dan user (unit procurement). Sumber data yang
digunakan berasal dari vendor quotation. Produk informasi yang
dihasilkan dari proses penyimpanan adalah referensi vendor di masa
datang.
5.
Pengendalian
Mesin yang
digunakan dalam tahap pengendalian adalah PC Work Station, server, dan LAN,
sedangkan program yang digunakan adalah MySAP, Web P2P, dan eProc. Sumberdaya
manusia yang terlibat dalam proses pengendalian terdiri atas spesialis (teknisi
dan supervisor) dan user (unit procurement). Sumber data yang
digunakan berasal dari purchase order. Produk informasi yang dihasilkan
dari proses pengendalian adalah release PO, pencetakan PO, dan pemberian
PO kepada vendor.
A. Matriks
Sistem Informasi
Matriks
komponen sistem informasi procurement system PT. Pertamina dapat dilihat
pada Lampiran 1.
F. Tipe
Sistem Informasi
1.
Operation Support System
a.
Transaction processing system
TPS adalah
sistem informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data
transaksi bisnis rutin. TPS yang dilakukan pada PT. Pertamina adalah berupa
pencatatan transaksi penjualan kepada konsumen dan pembelian material (procurement
system) serta pencatatan inventory. Berikut disajikan bagan procurement
system di PT. Pertamina.
Procurement
system ini dimulai dengan pemenuhan kebutuhan yang didasarkan
pada permintaan dari pelanggan dan permintaan dari Pertamina sendiri. Setelah
kebutuhan ditentukan, maka selanjutnya ditentukan sumber pemenuhan kebutuhan.
Lalu, untuk mengidentifikasi vendor, maka dapat menggunakan sistem dan data
dari pembelian sebelumnya. Setelah vendornya dipilih, maka dibuat Purchase
Order. Purchase Order (PO) mengidentifikasikan vendor, dan
mengkonfirmasikan produk dan jasa yang dipesan, jumlah yang dibutuhkan, dan
harga yang disetujui. Setelah Purchase Order dibuat dan dikirim ke
vendor, suplier mengantarkan produk tersebut ke Pertamina. Oleh karena itu,
langkah berikutnya dalam proses procurement adalah memasukkan Goods
Receipt. Goods Receipt dilakukan saat produk diterima dalam gudang
Pertamina.Penerimaan produk dapat diposting ke dalam SAP menggunakan InventoryManagement.
Untuk pembayaran pembelian material tersebut, sistem akan mencatatkan
transaksi General Ledger.
b.
Process Control System
PCS
merupakan sistem yang membantu organisasi dalam hal evaluasi dan kontrol. Pada
PT. Pertamina terutama dalam Procurement Process sistem ini digunakan
untuk pemantauan order pembelian material. Purchase Order dapat diubah
bahkan dibatalkan dalam tahap monitoring ini.
Selain itu,
PCS juga digunakan untuk verifikasi invoice yang diterima pada procurement
melalui komponen logistics invoice verification. Verifikasi berguna
untuk memeriksa keakuratan invoice tersebut. Sistem melakukan tiga cara
pencocokan akuntansi pada invoice, yaitu Purchase Order, Goods
Receipt dan Invoice.
c.
Enterprise Collaboration System
ECS adalah
sistem informasi yang membantu organisasi dalam hal komunikasi. PT. Pertamina
menggunakan sistem ini untuk bisa terhubung antar pihak internal perusahaan dan
terhubung dengan pihak luar seperti dengan pemasok (vendor) dan pembeli
termasuk dalam hal negosiasi.
2.
Management Support System
a.
Management information system
MIS adalah
suatu aplikasi Sistem Informasi yang menyediakan laporan informasi terpadu bagi
pihak manajemen. MIS yang dilakukan pada PT. Pertamina adalah berupa pelaporan
informasi penting seperti neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Dalam hal
transaksi pembelian material, maka ada pelaporan mengenai kecocokan antara purchase
order, goods receipt dan invoice.
b.
Decision support system
DSS
menekankan pada fungsi pendukung pembuat keputusan. DCS digunakan oleh PT.
Pertamina pada Procurement Process dalam hal menyeleksi vendor
untuk pembelian material dan menentukan jumlah barang yang dipesan.
c.
Executive information system
PT.
Pertamina menggunakan sistem informasi ini untuk membantu top management mengakses
ringkasan dan grafik tertulis mengenai elemen kunci kinerja organisasi dan
mengambil keputusan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
G. Identifikasi
Permasalahan Sistem Informasi Procurement PT. Pertamina
Kontrol
secara terdistribusi di unit-unit di Pertamina telah memunculkan beragam
isu fundamental ERP:
1.
SDM, isu-isu fundamental pada sumber
daya manusia:
a.
Terbatasnya sumber daya yang
terampil dan kompeten sehingga sulit memberikan solusi bagi unit dan pusat.
b.
Tidak semua user memahami SAP
dengan baik.
c.
User belum
menggunakan sistem dengan tertib.
d.
User terlibat
dalam proses data sehingga kurang fokus pada bisnis inti.
e.
Pelatihan belum dilakukan dengan
optimal.
2.
Proses dan Change Management,
isu-isu fundamental pada proses dan change managementantara lain:
a.
Tidak adanya standardisasi proses
b.
Perubahan yang dilakukan satu unit
mengakibatkan masalah lebih rumit
c.
Tidak adanya kepatuhan terhadap
proses
d.
SOP diinterpretasikan berbeda-beda
tanpa kendali
3.
Sistem, isu-isu fundamental pada
sistem antara lain:
a.
Lemahnya kontrol atas proses
transaksi sampai tutup buku
b.
Komitmen yang lemah karena kontrol
tersebar
c.
Tidak maksimalnya pemanfaatan
fungsi-fungsi dan user ID SAP
d.
Sulitnya kontrol terhadap user
yang tidak tertib
Selain itu,
desentralisasi juga telah menimbulkan deviasi proses yang signifikan dan tidak
adanya standarisasi proses. Ketidakmampuan menerapkan standar menimbulkan
adanya fleknilitas yang tinggi bagi user untuk melakukan deviasi dari
berbagai SOP yang ada. Pada berbagai proses procurement, terdapat
isu-isu fundamental yang terjadi, yakni meliputi:
1.
Proses purchase requisition
(PR) memiliki isu PR tidak selalu dibuat sebagaimana ditetapkan dalam SOP.
2.
Proses RFQ/quotation memiliki
isu antara lain penunjukkan langsung dan tidak menggunakan service master.
3.
Proses penerbitan purchase order
(PO) memiliki isu pembuatan PO tanpa PR.
4.
Proses goods receipt memiliki
isu tidak tepat waktu.
5.
Proses invoice verification
memiliki isu banyak ditemukan kesalahan pada invoice.
6.
Proses accounts payable
memiliki isu direct FI posting untuk item-item kecil dan sundry
(tanpa PR/PO).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar